Feb 24, 2010

Ways to Live Forever



By : Sally Nicholls
Published : January 7th 2008 by Marion Lloyd Books
Details : Hardcover, 215 pages
isbn : 1407104993 (isbn13: 9781407104997)

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in November, 2008

Sam, seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun penderita leukimia lymphoblastic akut...menuliskan hari-hari terakhir dalanm hidupnya. Mengetahui bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, ia ingin memberikan kenangan yang indah bagi orang-orang yang ditinggalkannya dan hidup di hati mereka selamanya. Sebuah kisah yang sangat menyentuh..., bagaimana seorang anak menghadapi kematian ini tidak dengan kesedihan dan rasa putus asa, ia melakukan hal-hal yang ingin ia lakukan sebelum ia pergi. Walaupun banyak pertanyaan-pertanyaannya seputar kematian yang tidak terjawab, namun ia dapat pergi dengan tenang saat berada ditengah seluruh anggota keluarga.

Sebuah pelajaran bagi kita... bahwa apapun yang terjadi di dalam hidup, sama sekali tidak perlu kita sesali. Karena hanya dengan menyesal tidak akan menjadikan hidup lebih baik. Yang terpenting adalah menjadikan hidup ini berharga bagi kita dan orang-orang di sekeliling kita.

"You only live once, but if you do it right, once is enough"
(Mae West)

Besides.... LIFE IS TOO SHORT TO WORRY !!

Feb 23, 2010

Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965: Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain



By : James Luhulima
Published : January 2007 by Penerbit Buku Kompas
(first published 2006)
Details : Paperback, 204 pages
isbn : 9797092666 (isbn13: 9789797092665)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in May, 2007

Siapapun kita, bangsa Indonesia yang mengalami masa sekolah di era Orde Baru tentu mempunyai gambaran tentang betapa kejamnya PKI yang telah membantai 7 Jenderal putera terbaik bangsa Indonesia pada tahun 1965. Melalui buku ini James Luhulima mengajak kita melihat peristiwa tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Penulis mencoba menyingkapkan fakta-fakta yang ada terkait dengan peristiwa tersebut. Ternyata sejarah tidaklah selalu berarti peristiwa yang benar-benar pernah terjadi, tetapi lebih pada bagaimana pemerintah membentuk opini masyarakat terhadap sebuah peristiwa. Terlepas dari siapa yang benar dan salah, peristiwa 30 September 1965 telah meninggalkan luka yang dalam bagi bangsa Indonesia.

Read Me and Laugh: A Funny Poem for Every Day of the Year



Chosen by: Gaby Morgan
Published : January 7th 2005 by Macmillan Children's Books
Details : Paperback, 512 pages
isbn : 0330435574 (isbn13: 9780330435574)

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in February, 2009

The one I like Most...

"Today, I Feel"
by: Gervase Phinn

Today, I feel as:
Pleased as PUNCH,
Fit as a FIDDLE,
Keen as a KNIFE,
Hot as a GRIDDLE,
Bold as a BRASS,
Bouncy as a BALL,
Keen as a MUSTARD,
High as a WALL,
Bright as a BUTTON,
Light as a FEATHER,
Fresh as a DAISY,
Fragrancy as a HEATHER,
Chirpy as a CRICKET,
Sound as a BELL,
Sharp as a NEEDLE,
Deep as a WELL,
High as a KITE,
Strong as a BULL,
Bubbly as a BATH WATER,
Warm as a WOOL,
Clean as a new PIN,
Shiny as a MONEY,
Quick as a LIGHTNING,
Sweet as a HONEY,
Cool as a CUCUMBER,
Fast as a HARE,
Right as a RAIN,
Brave as a BEAR,
Lively as a MONKEY,
Busy as a BEE,
Good as a GOLD,
Free as the SEA

I'M SO HAPPY - I'M JUST LOTS FOR WORDS.

Disney Fairies: Lily dan Tanaman Misterius - Lily`s Pesky Plant



By: Kirsten Larsen, Judith Holmes Clarke (Illustrator), Vina Damajanti (Translator)
Published : March 2007 by PT. Gramedia Pustaka Utama
(first published January 10th 2006)
Details : Paperback, 112 pages
isbn : 9792227342 (isbn13: 9789792227345)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, mykids-shelf
status : Read in February, 2010

Beli di TMBook Store waktu acara Book Club GRI #2 - 2010

Beli buku ini pertama karena sampul bukunya berwarna HIJAU.
lustrasi tokoh utamanya (Lily) mengingatkan aku pada masa kecilku.
Hitam, berambut keriting, suka bertelanjang kaki.

Buku ini bercerita tentang kehidupan para peri di Never-land.
Lily, seorang peri-bakat-kebun, suatu hari menemukan sebuah bibit aneh di hutan. Lily kemudian membawa bibit itu pulang dan menanamnya di kebun miliknya. Dibantu oleh Iris, peri-bakat-kebun yang tidak memiliki kebun, Lily merawat tanaman dari bibit tersebut. Ternyata tanaman tersebut membawa masalah yang menjengkelkan peri-peri yang lain. Dari mulai baunya yang tidak sedap dan mampu mendatangkan serangan ribuan tawon penyengat sampai serbuk merah jambunya yang membuat seluruh penghuni Never-Land bersin-bersin.

Pohon ini menimbulkan perselisihan besar di Never-Land sehingga sang Ratu Peri (Ree) harus turun tangan. Sebagian peri bersikeras agar pohon itu ditebang, tetapi sebagian lagi membantu Lily melindungi pohon tersebut.

Sebenarnya pohon apa sih yang ditanam Lily ??
Ternyata itu adalah pohon *sensor* (gak jadi ah... takut dijitak krn spoiler).

Ceritanya anak-anak banget. Gambarnya lucu-lucu... bagus deh.
dan yang pasti... ada pesan moral yang bisa kita sampaikan untuk anak-anak kita dari buku ini.

I Like this book.

Feb 19, 2010

Read Me First: Poems for Younger Readers for Every Day of the Year



By : Louise Bolongaro
Published : 2003 by Macmillian Children's Book
Details : 444 pages
isbn : 9780330413

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in February, 2009

"NEW DAY"
by: Ian McMillan

The day is so new
You can hear it yawning,
Listen:

The new day
is yawning
and stretching

and waiting to start.

In the clear blue sky
I hear the new day's heart.


"JUST DOING"
by: Stephen Bowkett

Your legs know how to walk
Your eyes know how to cry
Your mouth knows how to talk
Your heart knows how to fly.


"IF YOU HAVE"
by: Anon

If you have plenty, be not greedy,
But share it with the poor and needy:
If you have a little, take good care
To give the little birds a share

Incest: Kisah Kelam Kembar Buncing



By : I Wayan Artika
Published : July 3rd 2008 by Interpree Book
Details : 266 pages
isbn : 9789791838

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in March, 2009

Ketika jalan-jalan ke Gramedia Bintaro Plaza, si Sulung ingin membelikan bundanya buku "Ken Arok" yang sudah sejak lama ada dalam daftar keinginan. Tapi berhubung enggak tega untuk menguras uang sakunya karena harganya yang cukup mahal, sementara si Sulung tetap memaksa untuk membelikan bundanya buku, akhirnya agar tidak mengecewakannya -- setelah pilah pilih -- akhirnya pilihan jatuh pada buku "Incest" ini.

Ketertarikan membeli buku ini pertama karena judul dan sampul bukunya. Terlebih ketika membaca sinopsis di belakang buku menyatakan bahwa cerita ini telah memenangkan lomba penulisan novel tahun 2003 tetapi terpaksa dihentikan publikasinya di Bali Post karena dianggap membawa aib bagi masyarakat Bali. Dan keberanian menulis cerita ini telah memicu terjadinya "pengadilan" adat kepada penulisnya, I Wayan Artika sehingga beliau mendapatkan vonis dikeluarkan dari desa adat selama 5 tahun dan beliau menerima putusan itu demi menghormati kultur-historis-religius adat desanya... maka rasanya tidak salah kalau pilihan akhirnya jatuh pada novel ini.

Incest diawali dengan kepulangan Putu Geo Antara ke kampung halamanya di desa Jelungkap, Bali untuk mengabdikan ilmunya dengan meninggalkan Jakarta dan karirnya pada sebuah perusahaan. Dengan idealismenya Geo Antara menyatakan bahwa desanya adalah rumah yang harus dibangun dan dari sana ia akan membangun masa depan, sementara banyak teman-temannya yang mempertanyakan apakah di desa kecil itu intelektualitas bisa mendapatkan rumahnya. Kepulangan Geo Antara tersebut tanpa ia sadari merupakan jalan hidup yang dibaliknya sendiri.

Geo Antara terlahir sebagai kembar buncing (kembar berlainan jenis kelamin, saudarinya bernama Gek Bulan). Adat lama Bali menganggap kelahiran semacam ini adalah aib dan pembawa bencana sehingga orang tua mereka Nyoman Sika dan Ketut Artini beserta kedua bayi kembar mereka harus diasingkan selama 42 hari di sebuah gubuk di luar desa dekat dengan areal pemakaman.
Setelah masa pembuangan usai, Nyoman Sika dan Ketut Artini masih harus menyelenggarakan upacara untuk membersihkan aib dari kelahiran anak mereka. Selanjutnya seluruh warga desa oleh adat diminta untuk merahasiakan kelahiran tersebut dan orang tua mereka harus rela memisahkan kedua anak mereka sebelum mereka saling mengenal. Tujuannya adalah: kelak mereka akan dikawinkan dengan rahasia besar dibaliknya -- menutupi kenyataan bahwa mereka adalah sepasang anak kembar.

Hukum adat yang membuat kehormatan mereka tercampakkan ini terpaksa mereka jalani hanya karena kekuasaan adat yang sangat kuat yang oleh orang-orang Jelungkap dimaknai sebagai keadilan. Keadilan yang bagi Nyoman Sika dan Ketut Artini merupakan keadilan tanpa pengadilan. Hukum yang mereka sendiri tidak paham mengapa harus mereka jalani hanya karena melahirkan bayi kembar buncing, yang sama sekali bukan kesalahan mereka. Namun walaupun dianggap sebagai aib, Nyoman Sika dan Ketut Artini tetap mensyukuri kelahiran bayi kembar mereka dan tetap tabah menjalani hukum adat tersebut, karena bagi mereka ketabahan adalah bekal tanggung jawab agar mereka sanggup berdo'a dengan tulus untuk keselamatan anak-anak mereka.

Apakah yang kemudian dialami Geo Antara dan Gek Bulan setelah mereka menikah dan menemukan rahasia besar di antara mereka ??? Rasanya tidak etis untuk dibocorkan disini.

Mengutip kata pengantar yang disampaikan Raudal Tanjung Banoa bahwa dalam niatnya yang paling "luhur", novel ini ingin bercerita saja, apa adanya. Perkara di dalam cerita terdapat sejumlah referensi, fakta atau "cerita bayangan" tentang nasib pengarangnya, anggap saja nilai tambah untuk mengkoreksi mainstream eksotisme Bali, atau menggugat pemasungan kreativitas, yang kali ini, dilakukan atas nama adat.

Well Temans, pada akhirnya novel ini memang layak untuk dibaca, entah sekedar sebagai bacaan pengisi waktu di kala iseng ataupun sebagai penambah wawasan kita tentang kultur yang berlaku di tanah air kita. Saran saya: segera masukan novel ini dalam "to read" shelves...

HAPPY READING....!!!

Nar’Kobar: The Motivator



By : Andhika_Pramajaya
Published : 2006 by AKOER

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in August, 2009

Hasil hunting di PBJ 2009. Dari 68ribu jadi 15ribu. Lumayan !!

Beli buku ini cuma karena iseng aja, kok gambar sampulnya serem banget. Tapi ternyata isinya gak seseram covernya lho.

Buku ini bercerita tentang seekor jin bernama Nar’Kobar dari ras Naruut, jin yang menurut Eyang Reksa Geni pada dasarnya berhati baik (karena pada dasarnya sifat jin itu adalah untuk menjerumuskan manusia untuk berbuat dosa). Nar'kobar bersahabat dengan Grewok (jin dari ras gendropati/genderuwo dan Nyi Endeh (jin dari ras kuntilanak yang diceritakan cukup cantik dan menjadi gebetannya di Grewok). Dalam proses untuk naik ke tingkat jin yang lebih tinggi, Nar'kobar harus mempengaruhi "nipingan"-nya (manusia yang diikutinya), seorang gadis cantik bernama Lena agar mau berbuat dosa. Sayangnya usaha Nar'kobar tidak semudah yang dibayangkan karena Lena adalah gadis yang taat, terlebih lagi ada seorang cowok bernama Ipung yang sedang "pdkt" ke Lena. Akhirnya dengan bantuan Putri Larasati yang menjadi "takir"nya. Nar'kobar berhasil menipu para jin Evaluator dan berhasil naik tingkat tanpa harus membuat Lena menjadi manusia "gampusan". Pada saat akan meninggalkan Lena, ternyata Nar'kobar harus menitikan air mata kesedihan karena merasa sudah begitu dekat dengan Lena. Oohhh... ternyata....

Walaupun ada beberapa bagian yang terasa membosankan, tapi buku ini cukup lumayan untuk melihat sisi kehidupan bangsa jin dari kaca mata yang berbeda (sama sekali enggak serem, malah bikin mesem-mesem). Entah menggunakan daya imajinasi yang bagaimana Andhika membuat setting tentang alam jin ini, ataukah dia memang pernah survey ke sana..??

Feb 18, 2010

The Worry Tree (Pohon Cemas)



By : Marianne Musgrove
Published : November 2008 by Penerbit Atria
(first published 2007)
Details : Softcover, 110 pages
isbn13 : 9789791411561

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in January, 2010

Thanks to Roos for borrowing me this book...

"Worry Tree", Pohon Cemas, lucu banget judulnya dan tentu aja bikin penasaran pengen tau ceritanya.

Juliet, gadis kecil dengan segala permasalahan yang timbul di usianya, tanpa sengaja menemukan lukisan dinding 'Pohon Cemas' di kamar barunya, kamar yang dulu digunakan oleh neneknya ketika seumur dengan Juliet (kamar yang juga sebelumnya digunakan sebagai ruang kerja ayahnya).

Di lukisan pohon tersebut, Juliet dapat menggantungkan semua kecemasannya untuk dititipkan pada gambar binatang-binatang yang ada di sana; ada Wolfgang si wombat, Petronella si babi, Gwyneth si kambing, Dimitri si anjing, Piers si burung merak, Delia si bebek dan ada pula lubang pada batang pohon tempat menyimpan segala kecemasan yang tidak bisa digambarkan.

Segala kecemasan yang timbul, oleh Juliet digantungkannya pada pohon tersebut untuk diselesaikan sementara ia tidur dengan nyenyak. Kalaupun kemudian Juliet percaya bahwa pohon cemas itu telah membantu mengatasi semua permasalahannya, kita tentu tahu dan percaya bahwa itu hanyalah efek psikis saja. Sesungguhnya hanya YANG MAHA TAHU-lah yang membuka jalan sehingga Juliet mampu mengatasi semuanya.

Sebagai orang dewasa, tentu hal ini sangat tidak masuk akal, tetapi kalau kita termasuk orang yang memiliki kecemasan yang berlebihan dan mengalami insomnia karenanya, saya rasa tidak ada salahnya bila cara ini dicoba. Who knows ??

Sajak-Sajak dan Renungan



By : Sutan Takdir Alisjahbana
Published : 1994 by Dian Rakyat
(first published 1987)
Details : Paperback, 47 pages
isbn : 9795232940 (isbn13: 9789795232940)

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in April, 2009

Kemaren bongkar2 kardus2 yang numpuk di rumah. Sayang bangeth banyak buku yang hancur krn dimakan nying-nying. Ternyata aku masih punya buku menarik ini yang OMG... disitu tertulis tanggal 26 Maret 1987 dan buku ini merupakan hadiah langsung dari Sang Penulis ketika masih menjabat sebagai Rektor Universitas Nasional.

"BUAH KARET"

Sekali lagi aku duduk di bawah pohon karet
dan terkejut mendengar letusan nyaring di atas kepalaku:
biji matang menghambur dari batangnya.
Ya, aku tahu,
dimana-mana tumbuh menghendaki bebas dari ikatan !.

Terdengarlah itu olehmu, wahai angkatan baru ?
Putuskan, hancurkan segala yang mengikat !
Rebut gelanggang lapang disinar terang !
Tolak segala lindungan!
Engkau Raja zamanmu!.

Biar mengeluh, biar merintih segala nenek moyang !..
Lagi pohon yang bisu insyaf,
bahwa biji yang sekian lama dikandungnya itu akan mati busuk di bawah lindungan.
Bahwa bayangan rindang yang meneduhi itu menghalangi tumbuh.

5 Mei 1944.


"KALAH DAN MENANG"

Tidak, bagiku tidak ada kalah dan menang!
Sebab sudah kuputuskan,
bahwa kemenangan sudah pasti untukku saja.
Kalah tinggal pada mereka yang lain:
Yang mengeluh bila terjatuh,
Yang menangis bila teriris,
Yang berjalan berputar-putar dalam belantara.

Di padang lantang yang kutempuh ini,
aku tak mungkin dikalahkan:
Sebab disini jatuh sama artinya dengan bertambah kukuh berdiri`.
Tiap-tiap pukulan yang dipukulkan berbalik berlipat ganda kepada si pemukul.
Malahan algojoku sekalipun
yang akan menceraikan kepalaku dari badanku,
akan terpancung sendiri seumur hidupnya:
Melihat mataku tenang menutup
dan bibirku berbunga senyum.

4 Mei 1944

Merlin (Trilogi Merlin Kecil, buku #3)



By : Jane Yolen
Published : March 2007 by PT. Serambi Ilmu Semesta
(first published 1997)
Details : Paperback, 150 pages
Literary awards :
Mythopoeic Fantasy Award for Adolescent Literature (1998)
isbn : 9791112134(isbn13: 9789791112130)

Rating : 2 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, mykids-shelf
Status : Read in August, 2009

Hasil hunting di PBJ 2009.

Hobby (Trilogi Merlin Kecil, buku #2)



Author : Jane Yolen
Published : April 2007 by Little Serambi
(first published 1996)
Details : Unknown Binding, 152 pages
Literary awards :
Mythopoeic Fantasy Award for Adolescent Literature (1998)

Rating: 2 of 5 stars
Bookshelves: buku-beli, mykids-shelf
Status: Read in August, 2009

Hasil hunting di PBJ 2009.

Passager (Trilogi Merlin Kecil, buku #1)



By : Jane Yolen
Published : March 2007 by Little Serambi
(first published 1996)
Details : Paperback, 127 pages
Literary awards :
Mythopoeic Fantasy Award for Adolescent Literature (1998)
isbn : 979112118

Rating : 2 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, mykids-shelf
Status : Read in July, 2009

Hasil hunting buku murah di Pesta Buku Jakarta 2009
cuma Rp. 5.000 dari harga Rp. 19.900,- Lumayan... !!

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun karena alasan tertentu ditinggalkan sendirian di hutan.
Ia kemudian menjalani kehidupan sebagai manusia hutan dan belajar dari alam untuk bertahan hidup.
Setahun kemudian seorang penjinak elang (Tn. Robin) menangkap dan menjinakkan anak itu. Dia mengajarkan kembali segala sesuatu yang telah dilupakan anak itu, dan pada suatu malam, menemukan nama anak itu yang sesungguhnya.... Merlin !

Passager adalah burung liar yang ditangkap ketika belum cukup dewasa untuk dijinakkan.

Zaky, My Autistic Brother



By : Atikah Haira Bagawan
Published : August 2009 by Mas Publishing
Details : Paperback, 84 pages
isbn13 : 9789791852012

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in August

Thanks to TeDy yang udah memberi kesempatan pertama untuk membaca buku ini.

Buku yang sangat menyentuh.
Atikah, seorang siswa SMA yang mempunyai seorang adik penyandang autis menuturkan bagaimana ia menjalani hari-harinya bersama adiknya tersebut.
Satu ungkapan yang paling menarik dari Atikah adalah....
"Tak semua anak cacat itu cacat, dan tak semua anak normal itu normal". Suatu ungkapan yang menggambarkan betapa ia sangat menerima dengan sepenuh hati keberadaan dan keadaan Zaky, adiknya yang menyandang autis.
Karena bagaimanapun juga mereka tidak pernah memilih untuk dilahirkan sebagai penyandang autis. Kalau saja mereka bisa memilih, maka mereka akan memilih untuk dilahirkan sebagai manusia normal seperti yang lainnya, tetapi semua itu adalah kehendak Yang Maha Kuasa, dan dibalik itu semua, Allah pasti mempunyai rencana terbaik bagi umatnya.

Tangis Rembulan di Hutan Berkabut



By : S. Prasetyo Utomo
Published : February 1st 2009 by H2O Publishing
(first published 2009)
Details : Paperback, 120 pages
isbn13 : 9789791936705

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in August, 2009

Gramedia Mall Taman Anggrek 26 Agustus 2009 Rp. 25.500,-

Alasan membeli buku ini adalah karena tertarik tulisan yang terdapat pada sampulnya:
"Novel ini menghanyutkan perasaan dan emosi pembaca ke dalam arus serta pusaran cerita yang mengesankan sejak awal hingga akhir"
(Ahmad Tohari, sastrawan Pengarang Fenomenal Trilogi Ronggeng dukuh Paruk).


Buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama (yang pada akhir cerita baru menyebutkan namanya) dan menggunakan setting sebuah desa di tepi hutan jati.

Sang tokoh utama adalah seorang wartawan yang baru aja kehilangan pekerjaan karena berbeda pandangan dengan pimpinannya. Ia lalu pergi menyepi ke rumah kakak tirinya, Gun yang bekerja sebagai mantri hutan yang tinggal di sebuah rumah di tepi hutan jati yang dijaganya.

Betapa mengenaskan melihat hutan yang merupakan paru-paru dunia dibabat dengan seenaknya demi keuntungan beberapa golongan dengan alasan yang dipaksakan. Negara kita mempunyai kawasan hutan yang sangat luas, tapi anehnya kok pemerintah hanya mempekerjakan seorang mantri hutan untuk menjaga wilayah hutan tersebut, itupun hanya difasilitasi dengan peralatan seadanya. Gun harus berjalan kaki seorang diri masuk ke dalam hutan setiap malam (terkadang ditemani oleh sahabatnya, Kang Min) dan hanya bersenjatakan pistol yang kurang memadai, sementara para pencuri kayu berjumlah banyak dan bersenjatakan kapak dan gergaji mesin. Sebenarnya pemerintah serius enggak sih dalam memelihara kelestarian hutan kita ? Atau mempekerjakan seorang mantri hutan hanya merupakan "basa-basi" saja agar terlihat peduli ? Karena seperti yang kita tahu ternyata masih banyak golongan yang memegang lisensi membabat hutan.

Saya kagum dengan tokoh Gun disini. Betapa ia seorang yang tegas dan memegang teguh prinsipnya bahwa hutan harus diselamatkan, tak tersentuh sedikitpun oleh keserakahan lewat tawaran yang menggiurkan yang ditawarkan oleh aparat desa. Sayang pada akhirnya ia harus kehilangan sebelah kakinya dalam suatu pertikaian dengan para perusak alam tersebut (kakinya terkena kapak). Dengan kakinya yang hanya satu, Gun terpaksa pensiun dan ironisnya ia harus menyaksikan mantri hutan penggantinya bersekongkol dengan para pencuri kayu membabat hutan.

Tapi saya kok sebel banget sama tokoh utamanya ya. Seorang wartawan kok enggak berani melakukan sesuatu demi menyalurkan aspirasinya. Jangankan untuk berbuat banyak bagi orang lain, demi menyelamatkan harga dirinya sebagai laki-laki aja enggak dia lakukan kok. Aneh banget !

Ia hanya diam menyaksikan kejahatan yang terjadi, diam menyaksikan kematian Lik Sukro yang tidak wajar, diam menyaksikan sebuah gubuk dibakar oleh seorang suruhan dari lurah yang kalah dalam pencalonan dan menewaskan 2 orang di dalamnya sementara ia sendiri tahu siapa orang yang membakar gubuk tersebut, dan diam atas peristiwa yang menimpa Gun, kakak tiri yang sangat dikaguminya itu.

Ia juga cuma diam ketika Sekar, calon istrinya dikencani laki-laki lain hingga hamil. Itupun ia masih mau menerima keadaan Sekar (padahal jelas-jelas Sekar hamil karena ke"liar"annya sendiri.) Eh, masih juga diam waktu menjelang hari pernikahan Sekar malah minggat dan memilih menjadi istri ketiga dari seorang dalang. Duh... laki-laki macam apa sih dia ?
bener-bener nyebelin deh.

Untungnya rasa sebel yang timbul cuma karena bumbu cerita aja. Tokoh Gun tetap membuat saya kagum. Mudah-mudahan masih banyak "Gun" yang lain yang bersedia berbuat sesuatu untuk menyelamatkan dunia. Dan sudah selayaknya pemerintah memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang seperti mereka... orang-orang yang tidak membiarkan keserakahan dan kesombongan menghancurkan dunia.

Dunia kita sedang sekarat, tapi anehnya banyak yang tidak peduli. Padahal bumi yang kita tempati sekarang bukanlah milik kita. Kita hanya meminjam dari generasi yang akan datang. Bukankah selayaknya kita jaga dengan baik agar kita tidak malu ketika tiba waktu untuk mengembalikannya kepada mereka ??

Boeron Dari Digoel



By : Wiranta
Published : July 1st 2000 by Tamboer Press
Details : Paperback, 94 pages
isbn : 979946000X

Rating : 2 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in September, 2009

Bongkar rak buku dan nemu buku ini.. ternyata dulu belinya di World Book Fair 2007 (2 tahun menunggu di rak buku... ck...ck...ck...).

Buku ini bercerita tentang perjalanan usaha pelarian 7 orang tawanan dari Boven, Digul.

Begitu mulai membaca, mendadak terserang penyakit bingung scara susunan tata bahasanya yang "enggak biasa". Simak saja kalimat yang diucapkan Soedjito ketika rencana pelarian telah matang... "Ya..., perginya seboleh-boleh tunggu malam tidak ada bulan, juga musti banyak lagi yang musti kita sediakan, umpamanya: bekal buat makan di jalan, obat-obatan, korek api dan tembakau buat sogok hatinya orang Kaya-Kaya, kelambu dan selimut..., ya dan lainnya pula... Nou sekarang sudah hampir pukul 5..., ayo kita pergi pulang, dan... ingat, ya, hal ini jangan sampai tembus di lain orang."

Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 2000 tetapi bercerita tentang keadaan ketika Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda.
Boven, Digul adalah salah satu kabupaten yang terletak di pulau Papua dan berbatasan langsung dengan negara Papuan New Guenea dan beribukota di Tanah Merah. Pada masa penjajahan Belanda digunakan sebagai tempat pembuangan khusus para pemuda yang terlibat dalam Pergerakan Nasional Indonesia (M. Hatta dan Sutan Syahrir pernah dibuang di tempat ini).

Seandainya saja penulis juga menceritakan perjuangan yang dilakukan para tokoh cerita ini dalam Pergerakan Nasional Indonesia
-sehingga harus menjadi penghuni tempat ini- tentulah buku ini akan lebih menarik ketimbang hanya menceritakan kisah pelarian mereka dengan berbagai risiko yang membahayakan.

Dikisahkan Soedjito dan 6 temannya mencoba melarikan diri dari Boven, Digul. Berbagai rintangan mereka hadapi... dari diserang buaya, Soewirdjo yang meninggal karena terserang penyakit kencing hitam (ada yang tau penyakit apa ini ?), terbawa arus sungai karena banjir bandang, diserang suku primitif sampai serangan ular sanca. Akhirnya hanya 3 orang dari mereka (Soedjito, Kamlin dan Roesman) yang sampai ke perbatasan. Mereka lalu ditahan di Thursday Island karena tidak memiliki surat-surat. Seharusnya setelah menjalani masa tahanan 6 bulan, mereka akan dibebaskan dan dapat menjadi warga negara tersebut. Sayangnya, pada hari ke 14, mereka dijemput oleh beberapa tentara dari Boven, Digul yang kembali membawa mereka ke tempat pembuangan tersebut.

Pelarian yang sia-sia !!

Tanah Tabu



By : Anindita S. Thayf
Published : May 2009 by PT Gramedia Pustaka Utama
Details : Paperback, 237 pages
Literary awards :
Khatulistiwa Literary Award Nominee for Prose (2009), Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (2008)
isbn : 9792245677 (isbn13: 9789792245677)

Rating : 5 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in September, 2009

"Ketahuilah Nak. Rasa takut adalah awal dari kebodohan. Dan kebodohan-jangan sekali-kali engkau memandangnya dengan sebelah mata-mampu membuat siapapun dilupakan kodratnya sebagai manusia". (hal.163)

Betapa kata-kata ini mampu menghipnotisku untuk mengulang-ulangnya lagi dalam setiap denyut nadiku.

Mabel, Mace Lisbeth dan Leksi, potret kehidupan perempuan yang tidak ingin terbelenggu oleh tradisi kebodohan dimana perempuan sama sekali tidak dihargai. Mereka berusaha keras untuk menjadi orang-orang pandai yang dihargai ditengah segala keterbatasan mereka.

Berlatarbelakang kehidupan suku Dani di Papua, Anin mengangkat kisah kehidupan yang sangat menarik. Dimana orang2 Papua yang seringkali dianggap bodoh dan terbelakang oleh masyarakat kota seperti kita ternyata memiliki mata hati yang lebih tajam, memiliki hati nurani yang lebih mulia. Mereka ingin tetap menjaga alam yang telah memberikan mereka kehidupan walaupun ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk mencegah datangnya orang2 yang mengeruk seluruh kekayaan dari tanah mereka dengan alasan untuk lebih 'memanusiakan' orang2 Papua. Justru tindakan mereka jauh lebih kejam dari binatang, kalau sudah begini, siapakah yang harus lebih di'manusia'kan ? Mereka atau para pendatang itu ?

Membaca buku ini di satu sisi membuat aku tersenyum karena seperti mendengarkan cerita dari 2 ekor hewan yang semula tidak saling menyukai. Tapi di sisi lain membuat aku sempat menangis dan malu. Menangis karena begitu tidak adil kehidupan ini bagi Mabel, Mace Lisbeth dan Leksi, malu karena hewan seperti Pum dan Kwee saja mempunyai pola pikir menggunakan hati nurani yang bersih. Aku melihat bahwa Pum dan Kwee lebih mulia dari para manusia yang serakah. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, tapi dalam kenyataannya, manusia secara sengaja telah merendahkan diri mereka hingga lebih rendah dari binatang hanya karena hati mereka telah dikuasai oleh sebuah kata 'keserakahan'. Ironis memang.

Lihat saja nasib Mabel pada akhirnya, keteguhan hatinya untuk menyerukan kebenaran justru harus membawanya kepada penderitaan yang berulang.

"Takdir adalah peta buta kehidupan yang kau tentukan sendiri arah dan beloknya berdasarkan tujuan hidupmu. Takdir akan berakhir buruk jika kau tidak berhati-hati menjaga langkah".(hal.170)

This is such a great book. Two thumbs up for Anin.

For Jimmy: thank you for giving me this book.
*tetap bersabar menunggu peristiwa 10 tahun sekali terulang*

Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti



By : Winna Efendi (Goodreads Author)
Published : 2009 by Gagas Media
Details : paperback, 288 pages
isbn : 9797803074 (isbn13: 9789797803070)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in August, 2009

Bacaan yang ringan tapi menarik....

...persahabatan bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu...

Ketika usai bermetamorfosis dari ulat-kepompong-lalu menjadi kupu-kupu dengan sayap lembut nan cantik. Dengan keindahan warna sayapnya yang mampu membuat siapapun terpesona memandangnya, kupu-kupu itu akan terbang di dalam taman kehidupan yang penuh dengan bunga berwarna-warni, mengisap seluruh aroma manis yang ada pada bunga-bunga tersebut.

Begitulah persahabatan... sesuatu yang sangat indah bagi siapapun yang memilikinya.

Ai dan Sei, dua anak manusia yang bersahabat sejak kecil. Kebersamaan yang panjang telah membuat mereka saling membutuhkan walau pada akhirnya masing-masing dari mereka menyimpan rasa cinta yang tak terungkapkan.
Kemudian hadir Shin diantara mereka yang lalu menjadi kekasih Ai dan tentu saja melukai perasaan Sei, tetapi Sei dengan caranya sendiri, bisa menerima semua itu demi melihat Ai bahagia. Tapi kemudian Shin meninggal dalam sebuah kecelakaan, Ai terpuruk dalam kesedihan yang dalam, dan pada saat seperti itu, Sei tetap setia mendampinginya dengan segenap rasa cinta yang dimilikinya. Waktu telah membuktikan bahwa kekuatan cinta Sei pada akhirnya membawa Ai ke dalam pelukannya untuk selamanya.

Special note:
Disini, aku hanya ingin berkata bahwa aku ingin mencintaimu secara sederhana, dimana hanya kau yang bisa memahami maknanya, selamanya...
(ini review apa curhat sih... ?)

Thanks to Mas Sus for giving me this book.
(dengan tangan dan hati yang terbuka, selalu siap untuk menerima pemberian buku-buku lainnya).
*ngarepdotcom*

Feb 16, 2010

Perahu Kertas



By : Dee
Published : August 29th 2009 by Bentang Pustaka & Truedee
Details : Sofcover 456 pages
isbn13 : 9789791227780

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in September, 2009

Thank you so much to Mas Sus for giving me this lovely book.

Awal membaca buku ini kok kayak baca kisah cinta remaja yang terlalu biasa ya... tapi memasuki bab-bab berikutnya ternyata memang beda.

Kugy & Keenan, dua tokoh sentral dalam buku ini bener2 bikin aku gemez karena dua-duanya enggak berani mengungkapkan perasaan mereka selama bertahun-tahun. Tapi kalo mereka cepet tau bahwa ada cinta diantara mereka, pasti bukunya enggak akan setebel ini dan mungkin juga ceritanya enggak akan jadi semenarik ini.

Aku terharu banget waktu membaca kebahagiaan Kugy & Keenan saat berada di lingkungan anak didik mereka di Sakolah Alit, membagikan ilmu yang mereka miliki bagi kalangan yang tidak mampu... sebuah kebersamaan yang sederhana tapi bermakna sangat dalam. Dan aku sempet nangis waktu beberapa tahun kemudian mereka menemukan bahwa tempat mereka mengajar telah tergusur oleh pembangunan perumahan dan orang-orang kecil tersebut semakin tersingkirkan dan mereka hanya menemukan nisan bisu dari seorang maskot mereka... "Jenderal Pilik" yang meninggal karena sakit dan tidak memiliki cukup biaya untuk berobat.

Juga enggak kebayang dech sama aku perasaan Luhde dan Remi yang begitu berani mengambil sikap untuk mengakhiri sebuah hubungan dimana mereka mengetahui bahwa mereka tidak pernah memenangkan hati orang-orang yang mereka cintai. Memberikan kesempatan kepada kekasih mereka untuk menemukan tempat yang tepat bagi hati dan cinta kekasih mereka.Karena yang sering aku temukan dalam kehidupan nyata adalah orang yang sering memaksakan perasaan orang yang mereka cintai untuk juga memiliki perasaan yang sama. Luhde dan Remi, manusia-manusia yang memiliki hati dan cinta yang tulus... melepaskan kekasih mereka pergi walau harus tersakiti (kenapa sih kok di akhir cerita Dee enggak membuat mereka saling jatuh cinta aja dan menemukan kebahagiaan mereka sendiri ?).

Bagiku, Kugy & Keenan adalah manusia-manusia yang sangat beruntung. Mereka bisa mewujudkan cinta dan cita-cita mereka, menggenggam semua impian mereka walau harus menempuh jalan berliku dan waktu yang cukup lama.

Seperti yang ditulis Dee di hal. 438 bahwa setiap dari kita punya mimpi, punya hobi dan punya kata hati, tapi tak semua dari kita berkesempatan untuk menjadikannya profesi.
dan di hal 430:
Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak pernah memilih. Ia selalu tahu kemana harus berlabuh.
dan aku pernah membaca sebuah kalimat (entah dimana, lupa) never try to find love, just let love finds you.

Pada akhirnya Kugy & Keenan mendapatkan kedua hal tersebut.
Kegigihan telah membawa mereka pada wujud nyata dari impian dan cita-cita mereka dan cinta yang kuat telah membawa mereka kembali bersama buat selamanya.

Aku ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Kugy & Keenan, tapi...
SUMPAH !! Aku ngiri setengah mati.

Ketika Cinta (Kumpulan Sajak 2006-2008)



Author : Ibnu Wahyudi
Published : May 2009 by bukupop (first published 2009)
Details : Paperback, 105 pages
isbn13 : 9789791012362

Rating: 4 of 5 stars
Status: Read in September, 2009

Gramedia Mal Taman Anggrek
Idul Fitri, 20 Sept 2009

Only 25 minutes reading.
Suka banget buku ini. Semua judul awal sajak-sajaknya "Ketika Cinta".
Tapi walaupun bertemakan cinta, sajak2nya sama sekali enggak cengeng.

"Ketika Cinta Kehilangan Bara"
ketika cinta telah kehilangan baranya
cari lagi apinya diantara sepi
siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda
dari mimpi yang biasa berapi-api

"Ketika Cinta Masih Belum Berlabuh"
ketika cintamu belum menemukan pelabuhannya
biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca
tapi kalau itu adalah cinta untukku
akan aku nyalakan suar di mercu
biar arahmu tak kandas di cinta palsu

"Ketika Cinta Meradang"
ketika cinta sedang meradang tak berketentuan
yang diperlukan hanyalah ramahnya asa
tangkaplah udara dengan kesadaran
sembari terus saja mengingatkan
bahwa cinta adalah nafas kehidupan

"Ketika Cinta Menghambar"
ketika cintaku hambar dalam ingatanmu
lalu mataku menjalar diam-diam
serta melupakanmu
jangan sampai beku api yang pernah nyala itu
tegurlah, dan selalu siapkan ruang hatimu
untukku

"Ketika Cinta Terjebak Kemacetan"
ketika cintamu terjebak di kemacetan
jangan memintas sembari melepas umpat
tata kembali hatimu yang selalu dalam keraguan
jalanpun akan bisa engkau lewati cepat
:tetap ingat rambu
selalu akan ada persimpangan
di hadapan

"Ketika Cinta Cuma di Garasi"
ketika cinta-Nya lama aku taruh di garasi
perlu saat untuk membuka lebar ruang tamu
menghidangkan buah dan minuman yang serasi
sambil bercengkerama dan membongkar ragu
tentang Mu

"Ketika Cinta Mengalir dalam Nadi"
ketika cinta-Nya mengalir dalam nadi
peliharalah; jangan engkau biarkan lena
makin seringlah merunduk; bersujud atas-Nya
atas teguran yang telah engkau cari
diantara titian sunyi
selama ini

"Ketika Cinta Tercabik Khianat"
ketika cinta tercabik khianat
hal biasa jika lantas kita hendak membalasnya
mencederainya dengan lebih dasyat
juga menghukumnya tanpa perlu lagi rasa
namun adakah semua langkah kita itu harus
padahal mungkin sesungguhnya kita yang alpa
akan timbang rasa atau hati yang tak serius

"Ketika Cinta Langsung ke Syahwat"
ketiks cinta langsung ke syahwat
omong kosong dengan kesetiaan
yang diumbar paling jauh adalah titian sesat
buat apa selalu memberi jalan ?

"Ketika Cinta Harus Dibuktikan"
ketika cinta harus juga dibuktikan
ungkapkan dengan sekeranjang perhatian
tapi tak perlu di atas ranjang
cukup dengan selaksa sayang
atau ajakan buat menatap hari
dengan hati, dengan arti

"Ketika Cinta Akhirnya Menyatu"
ketika cinta kita akhirnya menyatu
kita telah sangat mahfum bahwa banyak tanjakan berliku
atau persimpangan yang selalu memberi kegamangan
juga rambu-rambu yang seringkali hendak kita terjang
maupun hati kita yang seringkali bercabangan
ketika cinta kita akhirnya benar-benar menyatu
mari kita panjatkan do'a kepada-Nya
agar jalan di depan nanti tidak berbatu-batu
tetapi penuh petunjuk dan tuntunan dari-Nya

GokilDad



By : Iwok Abqary (Goodreads Author)
Published : 2009 by Gradien Mediatama
Details : Soft Cover, 160 pages
isbn13 : 9786028260190

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status: Read in September, 2009

Gramedia Mall Taman Anggrek
Idul Fitri, 20 Sept 2009

Menjadi orang tua itu gampang-gampang susah.
Merepotkan sekaligus menyenangkan.
Tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua.
Bukan anak saja yang belajar dari orang tuanya, tetapi dalam banyak hal-pun orang tua belajar dari anak2nya.

Iwok menceritakan pengalamannya sebagai seorang ayah dengan cara yang berbeda... lucu dan menghibur.

Hari ini selain karena kita semua merayakan Idul Fitri, aku sangat bersyukur kepada ALLAH SWT karena terlahir sebelum Iwok dilahirkan. Dengan kondisi seperti itu kan aku terhindar dari takdir yang memungkinkan aku punya "bapak gokil" kayak Iwok... yang jiwa narsisnya udah merasuk ke dalem tulang sumsumnya bikin yang ngeliat ngerasa najis tralala deh. Kalo sampai hal itu terjadi, enggak kebayang betapa buruknya nasibku...hehehehe...
*pisss mas Iwok, pissss.........*

yang pasti, aku suka buku ini.

Mencari Matahari



By : Gola Gong
Published : December 2007 by Zikrul Hakim
Details : softcover, 125 pages
isbn : 9789792623 (isbn13: 9789792623338)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in September, 2009

Thanks to Mas Sus for giving me this book...

Aku tak pernah bisa menemukan 'Matahari', walau aku tak pernah menyerah untuk mencarinya. Tapi kini, tanpa aku duga, aku menemukan 'Rembulan'. Padanya aku seperti melihat setitik cahaya yang aku cari.

Al seorang anak manusia yang dilahirkan dari kelamnya dunia kehidupan, tak pernah mengenal siapa orang tuanya... menjalani kehidupan sebagai 'Anak Malam'... memiliki segala kemewahan yang ingin dimiliki oleh orang lain tapi tidak memiliki apa yang orang lain miliki.. 'cinta'. Banyak kepahitan dalam hidup ini yang ia jadikan pelajaran yang pada akhirnya membawa ia kembali pada jalan-NYA.

Tiba-tiba aku jadi ingat mati. Aku takut memikirkannya. Apa yang akan aku bawa pada Tuhan-ku nanti ?

Bagaimana dengan kita ??

Pesan dari Nam - Message from Nam



By : Danielle Steel
Published : 2005 by Gramedia Pustaka Utama (first published 1990)
Details : 504 pages
isbn : 9792211551

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in October, 2009

……..
Harapan-harapan seluruh bangsa,
seluruh generasi
Di kirim ke perang

Sekelompok pria tua
Memimpin seluruh anak-anak kita ke kematian
Sementara kita melihat dalam ketakutan, dalam kesakitan.
Dengan rasa tak percaya
Bahwa kita harus kehilangan begitu banyak anak kita

..........

Cerita ini dibangun dari keadaan pada akhir tahun 60 – awal tahun 70’an yang terjadi di Amerika dan Vietnam. Dibangun dari konflik kedua negara tersebut yang meminta banyak korban dari kedua belah pihak.

Paxton Andrews kehilangan kekasihnya Peter yang tewas di Da Nang, Vietnam ketika mengikuti wajib militer. Rasa kehilangan dan kekecewaan membawanya ke Vietnam sebagai seorang wartawati untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

Ternyata perang Vietnam merenggut semua orang-orang yang dicintainya… Peter, Bill, sahabatnya Ralph dan France, dan kemudian Tony. Perang Vietnam telah meninggalkan bekas yang amat dalam bagi Paxton (dan saya yakin, bagi semua orang yang mengalaminya), menjadikannya sosok manusia yang hidup seperti tanpa jiwa. Kematian demi kematian yang dilihatnya menimbulkan luka abadi di jiwanya.

Steel mengemas cerita ini dengan sangat apik. Konflik yang dibangun terasa begitu hidup dan pesan moral yang disampaikan begitu menyentuh. Kisah cinta yang dibangunpun terasa sangat wajar dan tidak cengeng. Usaha Paxton untuk menemukan kekasihnya, Tony yang dinyatakan ‘hilang dalam tugas’ sangat menyentuh. Kekuatan cinta menjadikannya cukup ‘gila’ untuk kembali ke Vietnam dengan menanggung resiko yang sangat besar.

Dari Vietnam, Paxton menulis kolom “Pesan Dari Nam” untuk Koran The Morning Sun di San Fransisco. Ia menuliskan segala kebenaran (kegilaan, kepedihan, kehancuran, kehilangan) yang ia lihat di sana. Tulisannya membuka mata banyak pihak untuk melihat kesombongan negaranya untuk mengakui kesia-siaan sebuah perang yang telah meminta begitu banyak korban… meninggalkan begitu banyak luka dan penderitaan…

Perang pada kenyataannya tidak pernah dimenangkan oleh pihak manapun juga… perang adalah kekalahan yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang terlibat… kalah karena gagal menundukkan kesombongan diri. Kesombongan yang harus dibayar mahal dengan mengorbankan begitu banyak putra-putra terbaik mereka. Bukankah akan lebih bermartabat sebuah bangsa bila para pemimpinnya bisa membicarakan perselisihan dengan kepala dingin dalam suatu perundingan dan mencari penyelesaian tanpa kekerasan… karena peperangan, apapun alasannya, hanyalah sebuah kesia-siaan.

..........

Ingat teman-teman, ingat….
Anak-anak yang meninggal
Yang hidup, yang menangis
Anak-anak yang berperang di Nam.

Thank you to Mas Ade for giving me this book. I really like it.

The Boy Who Ate Stars (Anak Lelaki yang Menelan Bintang-bintang)



By : Kochka, Satya Utama Jadi (Illustrator), Rahmani Astuti (Translator)
Published :August 2008 by PT Gramedia Pustaka Utama
(first published March 7th 2006)
Details : paperback, 104 pages
isbn13 : 9789792239270

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in October, 2009

Buku yang bercerita tentang autisme selalu menarik buat saya. Bukan karena kebetulan sehari-hari saya bergelut dengan dunia ini, tetapi bagi saya pribadi, para penyandang autis (autistik) adalah manusia-manusia yang sangat unik dan menarik.

Banyak orang yang melihat autisik sebagai mahluk 'aneh' yang membuat mereka enggan untuk berdekatan. Bahkan tak jarang ada yang mencemoohkan dan mengolok-olok mereka, hal yang teramat sangat membuat saya marah dan sangat sedih.

Autisme: adalah penarikan diri patologis ke dalam dunia batin yang mengakibatkan hilangnya kontak dengan realitas dan ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Jadi autistik bukanlah sesuatu yang menakutkan. Tuhan menciptakan mereka (tentu bukan tanpa maksud) sedikit berbeda dengan kita, yang bagi beberapa orang disebut sebagai 'kekurangan', tetapi bagi saya adalah suatu 'keistimewaan'. Mereka boleh saja lebih menikmati dunia mereka sendiri sehingga tidak mempedulikan sekeliling mereka, tetapi mereka adalah orang-orang yang selalu jujur terhadap naluri mereka sendiri.

"Kau hanya memahami hal-hal yang bisa kau jinakkan"
"Apa yang harus kulakukan untuk menjinakkanmu?"
Kesabaran.... (hlm. 84)

Ya... Kesabaran !! Hanya itu kata kuncinya. Untuk bisa memahami dan bersahabat dengan para penyandang autis bukanlah hal sulit (walau tidak bisa dibilang mudah). Kita hanya perlu mencoba untuk memasuki dunia mereka, berada di sana, merasakannya dan menikmatinya. Kita kemudian akan menemukan kebahagiaan tersendiri bersama mereka dan rasa syukur yang tiada habisnya karena Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk berada dekat dengan mereka. Kesabaran akan menumbuhkan pemahaman yang mendalam terhadap mereka... memang butuh waktu... tetapi bukankah kasih sayang membutuhkan waktu untuk tumbuh dan bersemi ?

Saya sangat kagum pada tokoh utama cerita ini, Lucy dan Theo sahabatnya. Mereka, dengan kejujuran sudut pandang kanak-kanak mereka, tidak menganggap Matthew sebagai seseorang yang harus dihindari. Mereka justru sangat tertarik kepada Matthew, berteman dan memahami Matthew dengan segala kejujuran dan keunikannya. Dengan cara bertutur yang sederhana, kita dibawa ke dalam suatu dunia yang berbeda dari yang pernah kita alami di dunia nyata.

Simaklah apa yang mereka temukan dari persahabatan mereka dengan Matthew:
Kau hanya bisa melihat dengan hatimu,
sebab matamu tidak sanggup menangkap apa yang penting.
(hlm.84)

Suatu hari dia akan berubah menjadi orang biasa. Dan itu bukan hanya dalam berkomunikasi, tapi dalam pembauran total. Dia akan menjadi lebih baik ketimbang kita. (hlmn.62)

Saya percaya, para penyandang autis suatu hari akan berubah menjadi orang biasa. Dan mereka akan menjadi lebih baik dari kita.

Notes:
For my beloved 'kids'... Kevin & Kenneth. I Love You just the way you are.... and thanks to Yuna for borrowing me this book.

Feel - What I Want in Life



By : Wulan Guritno, Adilla Dimitri
Published : October 21st 2009 by Edelweiss
Details : Paperback, 244 pages
isbn : 9789791962

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in December, 2009

Thanks to Mas Sus for buying me this book...

“Apa yang sesungguhnya kamu inginkan dalam hidup ini ?”
Pertanyaan itulah yang dilontarkan Tammy pada saat terakhir sebelum terjadi kecelakaan yang merenggut nyawanya. Pertanyaan yang kemudian selalu menghantui Kanya kemanapun ia pergi. Pertanyaan yang kemudian membawanya ke Bali untuk mencari jawabannya.

Berhasilkah Kanya menemukan jawabannya di Bali ?

Mungkin YA.
Tapi buat saya sebenarnya Kanya hanya butuh waktu untuk menghilangkan kesedihannya karena kehilangan Tammy. Tammy yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil, Tammy yang selalu memahaminya dibandingkan siapapun di dunia ini setelah mamanya.

Kanya adalah anak manja yang terbiasa dengan kekayaan ayahnya. Sehingga hidup menjadi kurang berarti baginya karena segala yang ia miliki terlalu mudah untuk didapatkan. Bukankah segala sesuatunya menjadi lebih berarti bila kita mendapatkannya dengan sebuah usaha ?
Bandingkanlah betapa berartinya sepiring nasi bagi seorang miskin yang harus bekerja keras seharian untuk mendapatkannya dibandingkan dengan para konglomerat yang mungkin menganggap hal itu biasa-biasa saja.

Barangkali begitu juga dengan cinta… banyak orang cenderung meninggalkan orang yang jelas-jelas sangat mencintainya untk mengejar cinta yang lain. Karena apa ?? Karena orang yang sangat mencintai kita memberikan cintanya tanpa diminta. Kita bisa memilikinya tanpa harus berjuang untuk medapatkannya. Itulah manusia, yang seringkali tidak mensyukuri apa yang dimilikinya, karena segala sesuatu menjadi lebih berarti ketika sudah tidak kita miliki (mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya).

Ada kata-kata yang sangat mengusik saya di novel ini;
“Memangnya kita ngapain hidup di dunia ini kalau bukan nunggu mati ? Memang semua orang itu hakikatnya sedang antri, menunggu giliran untuk mati. Yang membedakan adalah apa yang dilakukan orang selama menunggu mati itu datang” (hlm.15).
Sangat mengingatkan saya bahwa setiap hari kita sedang melangkah menuju ke
kematian.

Orang tidak akan pernah tau artinya bahagia bila ia tidak pernah merasa sedih, tidak akan pernah tau artinya cukup bila ia tidak pernah merasa kurang, tidak pernah tau artinya senang bila ia tidak pernah merasakan susah.

Kalau menurut saya (ini cuma menurut saya lho), untuk menjadi bahagia itu enggak susah kok. Cukup menjalani hidup ini dengan ikhlas. Karena dengan begitu kita tidak akan pernah tenggelam dalam kekecewaan karena tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Bukankah TUHAN selalu tahu apa yang terbaik bagi kita… untuk itulah DIA selalu memberikan apa yang kita butuhkan, dan bukan apa yang kita inginkan. Segala pertanyaan dalam hidup ini bisa kita temukan di kedalaman hati nurani kita kok. Jadi syukurilah apa yang kita miliki. Jalani hidup ini apa adanya… dan tentu saja dengan usaha yang maksimal. Bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan akan membuat hidup kita jauh lebih berarti.

Well…. LIFE IS TOO SHORT TO WORRY. ENJOY YOUR LIFE THEN.

Kubah



By : Ahmad Tohari
Published : August 2005 by Gramedia Pustaka Utama
(first published 1980)
Details : Mass-market paperback, 189 pages
Literary awards : Penghargaan Yayasan Buku Utama (1981)
isbn : 9796051761 (isbn13: 9789796051762)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in November, 2009

Thanks to Asrori for giving me this book....

Ide cerita yang diangkat sih biasa2 saja tentang seorang bekas tahanan politik yang mengalami berbagai keraguan dan ketakutan ketika harus kembali ke dalam masyarakat. Takut dan ragu tindakannya di masa lalu masih meninggalkan luka dan dendam.

Tetapi bukan Ahmad Tohari namanya bila masalah yang umum ini menjadi biasa saja. Dengan mengambil setting cerita tentang peristiwa 'Gerakan 30 September' kisah ini menjadi berbeda. Kalimat yang dirangkai dengan penggambaran suasana dusun yang kental membuat kita jelas dapat membayangkan cerita tersebut seperti melihat tayangan di televisi.

Sepanjang cerita dikisahkan secara kilas balik bgm keterlibatan sang tokoh pada kegiatan partai politik yang akhirnya menyeretnya ke pengasingan di pulau B selama 12 tahun. Kehilangan kepercayaan diri dan harus merelakan sang istri menikah lagi. Perenungan diri yang akhirnya kembali menyadarkannya akan kebutuhan seorang manusia akan Sang Pencipta. Pada akhirnya, keraguan dan ketakutan itu sama sekali tidak beralasan, semuanya berjalan dengan baik dan... happy ending.

Setelah menamatkan buku ini aku masih enggak ngerti kenapa judulnya harus 'Kubah' karena sejak halaman pertama masalah kubah ini tidak muncul sama sekali, baru pada bab terakhir masalah kubah ini dibahas dan teramat sangat sedikit. Tadinya aku berfikir kubah disini merupakan kata kiasan untuk melambangkan sesuatu, tetapi tyt aku salah duga (sok tau sih). Aku jadi berfikir kok judulnya maksa banget ya ? (tambah sok tau).

Pada akhirnya buku ini terasa sangat jauh di bawah RDP... terasa kurang menggigit..., tapi aku tetep suka dengan gaya penulisnya bertutur. Jadi tetap layaklah buat dikasih 3 bintang.

Di Kaki Bukit Cibalak



By : Ahmad Tohari
Published : January 1994 by Gramedia Pustaka Utama
(first published 1986)
Details : Paperback, 172 pages
Literary awards : Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (1978)
isbn : 9796050544 (isbn13: 9789796050543)

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in November, 2009

Seperti buku2 Ahmad Tohari yang lain, buku ini juga bercerita tentang kemanusiaan, penyelewengan kekuasaan, dan ketidakadilan dengan tetap mengambil setting alam pedesaan yang kental.

Digambarkan tokoh Pambudi adalah seseorang dengan kepribadian yang kuat dan jujur (tapi entah kenapa tokoh Pambudi tidak mampu melekat kuat dalam ingatanku seperti tokoh Srintil dalam RDP). Kejujuran telah membuatnya tersingkir dari desanya sendiri (Tanggir) di kaki bukit Cibalak. Kekuasaan seorang Lurah (ditambah dengan keculasannya) mampu memutar-balikan fakta sehingga yang benar menjadi salah di mata masyarakat. Namun Pambudi dengan cerdik mampu membersihkan namanya melalui sebuah tulisannya di harian Kalawarta (walaupun hal ini baru dilakukannya beberapa tahun kemudian). Sangat disayangkan tokoh Bambang Sumbodo tidak diberikan porsi peran yang lebih besar oleh sang Penulis selain hanya sebagai pelengkap saja. Padahal tokoh Bambang adalah seorang pemuda idealis, anak yang sangat tidak menyetujui kecurangan yang dilakukan oleh ayahnya yang seorang Camat. Padahal akan lebih menarik bila peran Bambang diceritakan mampu memberikan angin segar bagi perubahan yang positif di desa Tanggir dan seluruh kecamatan Kalijambe di kaki bukit Cibalak.

Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1994, sangat jauh setelah penerbitan RDP yang pertama (1982), tetapi bagiku kok ceritanya tidak sedalam RDP ya... kurang menyentuh. Tapi bagaimanapun juga, saya tetap menyukai tulisan2 Ahmad Tohari.

Thanks to Asrori for giving me this book and thanks for always be my best friend for these such 27 years.

Hari-hari Terakhir Bung Karno



Published : April 2007 by Vision03 (first published 2007)
Details : Paperback, 66 pages

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in November, 2009

Enggak inget kapan membeli buku ini, tapi kemaren aku melihatnya mejeng dengan manis di rak buku paling atas, maka jadilah aku membacanya hari ini.

hlm. v: Tepat pada tanggal 21 Juni 1970 pada pukul 19:00, Bung Karno wafat. Indonesia kehilangan proklamator besar yang memerdekakan bangsa ini dari penjajah. Tetapi kita sendiri yang tidak mampu memberi penghormatan layak pada akhir hidupnya.

TRAGIS !!
Cuma satu kata itu yang bisa aku ungkapan setelah membaca buku ini.

Buku ini berisi kutipan wawancara dengan berbagai pihak yang sangat dekat dengan Bapak Proklamator kita, dengan orang2 yang mendampingi Beliau di saat2 terakhirnya.

Betapa seorang Proklamator Pemimpin Bangsa yang telah memerdekakan bangsa dan negaranya justru harus menjalani hari2 terakhir dalam kehidupannya di dalam 'penjara' (tahanan rumah) dan kehilangan kemerdekaannya. Betapa Ia harus melewati hari2nya yang sepi di tengah keramaian kota Jakarta. Bahkan untuk bertemu dengan anak2nya pun sangat sulit.

Jujur aja: aku merasakan kepedihan yang sangat demi mengetahui kenyataan ini.

Tirai Hujan



Author : Anindita S. Thaif
Published : 2006 by Tiga Serangkai
Details : Paperback, 212 pages
isbn : 9793302003

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in November, 2009

Dapat di Toko Buku 'Tisera' Slipi Jaya dengan diskon 50%.


... Karena perang itu kejam dan membuat hati buta. Damai tidak akan pernah datang di tengah mereka yang sudah buta hatinya... (hlm.110)

Ide cerita yang diangkat tidak kalah menariknya seperti Tanah Tabu (TT). Kalau dalam TT kita berkenalan dengan Mabel, Mace Lisbeth dan Leksi, di buku ini kita akan berkenalan dengan Ifa, Soya dan Iza. Entah suatu kebetulah ataukah memang ciri khas Anin (krn saya belum membaca bukunya yang lain), tokoh2 dalam 2 buku Anin ini adalah 3 orang perempuan. Dalam TT ada 3 perempuan dari 3 generasi dan dlm TH ini ada 3 remaja perempuan.

Membaca TH seperti melihat Anin dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin karena ini buku teenlit, maka gaya bahasanya lebih ringan dan lebih mudah dimengerti.

TH bercerita ttg persahabatan 3 gadis remaja yang berbeda keyakinan di tanah Ambon Manise. Segala kepedihan dan kesengsaraan yang terjadi di sana akibat permusuhan yang berlatar belakang masalah agama (dhi. saya lebih yakin bahwa kerusuhan ini ditunggangi oleh kepentingan politik dari oknum2 yang telah buta hatinya)-- diceritakan Anin melalui kaca mata Ifa. Kendati peperangan yang terjadi dengan menumpahkan banyak darah ini berlatar agama, namun persahabatan ketiganya tidaklah pudar dan dalam kenyataannya sendiri, dalam perjalanan pengungsian, mereka yang berbeda agama tetap saling menyapa dan menghormati... jadi sebenarnya apa dan siapa di balik semua ini ?

Ifa akhirnya harus pergi meninggalkan tanah kelahirannya demi keselamatannya, terpaksa berpisah dengan Ayah dan Abang yang dikasihinya, dan dengan kedua sahabatnya, Soya dan Iza.

Ketika akhirnya perang di Ambon ini usai, ternyata tak cukup waktu bagi kita untuk menarik nafas lega karena peristiwa Poso segera menyusul, dimana Ifa terpaksa harus berpisah dengan seorang pria yang dicintainya.

Mengapa ini semua tak kunjung usai ?
Kenapa agama yang seharusnya menjadi pagar pembatas bagi umatnya agar tidak berbuat kedzaliman justru dijadikan alasan untuk saling membunuh ? Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih ? Bukankah tidak ada dalam kitab suci agama apapun yang mengajak umatnya untuk menghabisi umat yang beragama lain ? Situasi yang tidak pernah dapat dipahami oleh siapapun di dunia ini, tetapi anehnya masih saja ada pihak yang berusaha mengambil keuntungan dari peristiwa yang bagi banyak orang merupakan musibah besar.

Kutipan Puisi (hlm.137)

Air Mata

Di sini ada air mata
berlinang di wajah bocah kecil tanpa dosa
menetes di dada para Ibu yang kehilangan putra
tergenang di sudut mata para kekasih yang ditinggal merana
mengering di pipi para korban yang putus asa
Air mata derita,
kesedihan,
pengharapan,
permohonan.

Di sini ada air mata
di tengah senjata yang saling beradu
di tengah api yang berkobar membara
di tengah pekikan nyaring, "Serbu!!"
di tengah darah yang menetes di jalan
Air mata pembasuh luka,
penyejuk jiwa,
peredam amarah,
pengantar duka.

Tidak ada perang tanpa darah,
seperti tidak ada perang tanpa air mata.
Tidak ada perang tanpa pengorbanana,
seperti tidak ada perang tanpa kehilangan.

Jika darah mampu membuat parang dan pedang makin terasah,
dan senjata terus terisi peluru panas,
dan dendam membutakan mata,
semoga air mata bisa membuat parang dan pedang menjadi tumpul,
dan senjata menjadi tak lebih dari sekadar besi tua berkarat,
dan rasa kemanusiaan pun hapuskan dendam,
bangkitkan hati yang hampir mati,
sadarkan nurani akan pentingnya cinta kasih,
saling menghargai,
saling memaafkan,
saling mengasihi.

Karena perang tidak akan pernah berakhir
jika mata terus dibiarkan tertutup
dan hati dibiarkan membatu.


membaca buku ini membuat mataku pedih oleh air mata, namun kadang juga tersenyum geli dengan cara Ifa (atau Anin ?) yang remaja bertutur.

Tulisan2 Anin, yang bergaya remaja atau yang lebih serius selalu menarik dengan ide cerita yang jarang diangkat oleh penulis lainnya.

Well Anin, two thumbs up buat kamu. Bener2 Salut deh !

Keep writing ya...

100 Kata



By : Andi F. Yahya (Goodreads Author), Laila Achmad, Nita Sellya, Nurkastelia A. (Goodreads Author) , Hotma Juniarti, Jamaluddin Ahmad, Jessy Faiz, Krisna Adityawan
Published : November 2009 by Antipasti (first published 2009)
Details : Paperback, 112 pages
isbn13 : 9789791790314

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in December, 2009

December 3, 2009

Boleh percaya boleh tidak !!
Resensi yang aku tulis di bawah ini terdiri dari "100 Kata" PAS !!
Enggak kurang dan enggak lebih !

=================================================================

“Seratus kata ? Kenapa ?”
“Karena dalam setiap cerita cuma terdiri dari seratus kata.”
“Yakin ?”
“Hitung aja sendiri.”
“Kenapa harus seratus ya ?”
“Menurut gue karena seratus itu angka yang sempurna. Ulangan yang bener semua nilainya seratus. Seratus persen. Utuh !!”
“Maksudnya ?”
“Walaupun cuma terdiri dari seratus kata tapi ceritanya utuh.”
“Ceritanya juga seratus ?”
“Sembilan puluh enam”
“Kenapa enggak seratus ?”
“Judul bukunya harus diganti donk… Seratus Cerita Seratus Kata…”
“Ceritanya bagus ?”
“Pokoknya buku ini bisa membuat loe menangis, tertawa sekaligue merenung”
“Hmmm…”
“Yang pasti buku ini CERDIK, UNIK dan MENARIK
“Trus ?”
“Bacalah !”
“Boleh pinjam ?”
“Beliii… !!”
“Peliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt…..”

Plak !
Gubraaaaakkkk !!

Si ‘Psycho’ memukul temannya hingga pingsan.

Kemamang



By : Koen Setyawan
Published : December 2009 by Goodfaith
Details : Paperback, 317 pages
isbn : 9786026900

Rating : 3 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in December, 2009

Membaca novel ini seperti menonton film buatan Steven Spielberg. Bedanya adalah kalo di film-film tersebut suasananya lebih modern sementara latar tempat pada novel ini adalah sebuah desa kecil dengan segala keterbatasannya.

Kemamang sendiri adalah sebuah mitos yang bermuatan mistis dari masyarakat di sekitar Gunung Lawu. Kemamang dipercaya sebagai hantu yang mengeluarkan cahaya berpendar menyilaukan. Mitos yang begitu kuat dan telah berlangsung selama ratusan tahun.

Hari dan Panji, dua orang anggota team peneliti harimau Jawa yang terpisah dari rombongannya dan tersesat di hutan, tanpa sengaja bertemu dengan kemamang. Lalu kejadian-kejadian aneh menyusul setelah peristiwa itu seperti gejala insomnia, lalu tidur selama 2 hari, dan kehilangan waktu.

Keingintahuan yang besar membawa keduanya kembali ke Desa Sumberwulih dua bulan kemudian untuk menyelidiki keanehan yang terjadi di Danau Bakalan tersebut.

Berbagai peristiwa aneh terjadi berturut-turut. Dari ternak yang hilang dan kemudian ditemukan bangkainya tanpa isi perut dan kepala, lalu jejak kaki dari mahluk besar yang aneh sampai dengan hilangnya anak-anak di bawah umur yang berjalan dalam tidur mereka di malam hari.

Kemampuan Hari menggunakan indera keenamnya membawanya pada penemuan siapa dan apa dibalik fenomena kemamang tersebut. Tapi ternyata apa yang tengah berlangsung di desa tersebut jauh lebih rumit dan sama sekali tak terbayangkan oleh siapapun juga.

Suasana pedesaan yang sepi dan gelap, hutan yang mengelilingi danau … semua kengerian dan ketegangan yang mencekam dibangun secara cerdas oleh sang penulis, walaupun masih terdapat sedikit kesalahan (yang mungkin tidak akan terlihat oleh pembaca yang terlalu tegang masuk ke dalam jalinan cerita).

Lalu, apakah sebenarnya kemamang tersebut ?
Apa kaitannya dengan segala keanehan yang terjadi ?
Ada baiknya Anda segera membaca buku ini dan temukan petualangan yang mendebarkan.

Gadis Kecil Penjaga Bintang



By : Wikan Satriadi
Published : January 2008 by Kata Kita
Details :Paperback, 71 pages
isbn : 9793778501 (isbn13: 9789793778501)

Rating : 5 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in January, 2010

"Tempat apakah itu, Bulan?" tanya si gadis kecil.
"Tempat Ayah dan Bunda yang sudah usang," jawab Bulan.
"Kenapa mereka usang, Bulan?"
"Karena mereka tidak punya seseorang sepertimu, Gadis Kecil. Mereka tidak punya seseorang yang mengucapkan do'a bagi mereka sebelum tidur. Anak-anak mereka, sudah melupakan orang tuanya sepeti anak-anak itu melupakan mainan yang usang."

Gadis kecil tertegun. Ia teringat mainan-mainannya yang sudah usang di gudang. Mainan-mainan itu tentu tidak terawat dan tidak pernah tersentuh. Ia sudah lupa bahwa mainan-mainan itu pernah membuatnya gembira. Ia tidak ingat bahwa benda-benda itu pernah berjasa, dan ia pernah sangat menginginkan serta mencintainya.

Sepenggal tulisan di atas membuat aku berfikir tentang kedua orang tua-ku. Tentang apa yang telah mereka berikan kepada-ku. Membuat aku menangis mengingat almarhum Bapak-ku. Betapa tak akan pernah mampu aku membalas segala yang telah mereka berikan kepadaku... sekalipun bila kuberikan seluruh hidupku bagi mereka.

Buku yang sangat menyentuh. Sederhana tapi meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Sehingga tak putus kusenandungkan do'a bagi kedua orang tua-ku...

Rabighfirli waliwalidayya warhamhuma kama robayyani saghira...

The Little Prince



By: Antoine de Saint-Exupery
Published :2003 by PT Gramedia Pustaka Utama (first published 1943)
Details : Paperback, 112 pages
isbn : 9792204695 (isbn13: 9789792204698)

Rating : 5 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in February, 2010

Seorang Pangeran GRI yang baik hati mengirimi aku e-book nya.

Gambarnya lucu, ditambah judulnya membuat aku salah duga tentang buku ini. Aku pikir ini buku cerita untuk anak-anak. Tapi ternyata buku ini terlalu berat untuk dikonsumsi oleh anak-anak meskipun isinya bercerita tentang banyak hal dari sudut pandangan seorang Pangeran Kecil.

Mungkin karena Bahasa Inggrisku yang jelek bangeth, maka aku putuskan untuk membeli terjemahannya di Gramedia (yang ternyata malah membuatku tambah bingung), maka kembalilah aku menekuni e-book kiriman Sang Pangeran GRI ini.

Betapa sederhana-nya pandangan anak-anak tentang kehidupan ini yang membuat kita orang-orang dewasa menjadi mahluk-mahluk aneh yang 'complicated'... njelimet. Mungkin di sinilah letak perbedaan yang sangat besar, bahwa kita, sebagai orang dewasa jika menilai sesuatu didasari oleh banyak hal, terutama untung rugi ataupun rasa suka dan tidak suka, dan yang paling parah mungkin adalah karena kadang tanpa kita sadari, kita adalah manusia-manusia sombong yang seringkali melihat betapa kita memiliki kelebihan dari yang lain (tanpa menyadari bahwa kita memiliki banyak kekurangan).

Tokoh2 yang menghuni planet2 kecil yang dikunjungi Sang Pangeran Kecil di dalam pengembaraannya menjadi cerminan manusia-manusia dewasa yang banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Lihatlah bagaimana seorang raja memandang orang lain, semua orang selain dirinya hanyalah rakyat, atau bagi seorang yang angkuh, semua orang lain adalah pengagumnya, atau bagi sang pengusaha yang super sibuk, semua harus dinilai dengan angka. Betapa anehnya orang2 dewasa di mata anak-anak.

Buku ini penuh filosofi... simaklah kalimat2 bijak di bawah ini...
It is much more difficult to judge oneself than to judge others.
If you succeed in judging yourself rightly, then you are indeed a man of true wisdom.

It is only with the heart that one can see rightly; what is essential is invisible to the eye


betapa penuh makna kata2 tersebut dan dapat menjadi renungan kita dalam memperbaiki kualitas hidup.

Simak pula kalimat berikut....
Men have no more time to understand anything. They buy things all ready made at the shops. But there is no shop anywhere where one can buy friendship, and so men have no friends any more.

Aku sangat bersyukur karena masih bisa memiliki teman2 yang sangat baik, yang senantiasa ada di saat suka dan duka, saling mengerti dan memahami, saling mendukung dan saling mendo'a-kan.

Terima kasih TUHAN karena aku punya kesempatan membaca buku ini, terima kasih karena kini aku lebih memahami dunia-ku dari sudut pandang para 'malaikat'ku, terima kasih buat para sahabatku yang senantiasa membawa keceriaan dalam hidupku, dan.....

BIG THANKS to Pangeran GRI yang baik hati, Prince Manoharun.
Jazzakallah...

Negeri 5 Menara



By: Ahmad Fuadi
Published : August 2009 by Gramedia
Details : Paperback, 432 pages
isbn13 : 9789792248616

Rating : 5 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in December, 2009

Sudah 4 kali aku menyelesaikan membaca buku ini dan baru kali ini pengen nulis review-nya. Setiap kali membaca selalu saja kutemukan hal-hal baru yang mungkin terlewat pada saat membaca yang sebelumnya. Dan anehnya selalu saja setiap kali membaca aku menemukan diriku merasa gamang. Betapa sebagai manusia, dalam menjalani kehidupan ini, aku masih sangat jauh dari sikap ikhlas. Meski tak pernah lelah berusaha dan berdo'a, tapi sangat terasa bahwa keikhlasan belum mampu menggenapkan segala usaha dan do'a-ku.

Buku yang sangat menyentuh... sangat inspiratif.
Dengan gaya bahasa yang sederhana, tanpa menggurui, buku ini banyak memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang arti sebuah perjuangan tanpa henti.

Buku ini pulalah yang kemudian menjadi pembangkit semangat bagi putera sulungku tercinta untuk tetap bertahan dalam setiap tekanan guna mencapai tujuan. Man Jadda Wa Jada bukan lagi sekedar slogan, tapi telah menjadi pembakar semangat, pemberi energi baru dalam kehidupannya.

Sebuah pesan yang sangat dalam dari buku ini adalah... berbuat sesuatu sedikit lebih dari orang lain akan membuat kita terlihat jauh lebih hebat. Bukan dengan maksud untuk membanggakan diri, tapi lebih pada sekedar untuk memperbaiki kualitas diri.

Terima kasih buat Mas Fuadi yang telah menulis buku ini dan terima kasih buat sahabatku Asrori yang telah membelikan buku ini. terima kasih untuk arti persahabatan yang sesungguhnya seperti persahabatan para sahibul menara.