Feb 18, 2010

Boeron Dari Digoel



By : Wiranta
Published : July 1st 2000 by Tamboer Press
Details : Paperback, 94 pages
isbn : 979946000X

Rating : 2 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in September, 2009

Bongkar rak buku dan nemu buku ini.. ternyata dulu belinya di World Book Fair 2007 (2 tahun menunggu di rak buku... ck...ck...ck...).

Buku ini bercerita tentang perjalanan usaha pelarian 7 orang tawanan dari Boven, Digul.

Begitu mulai membaca, mendadak terserang penyakit bingung scara susunan tata bahasanya yang "enggak biasa". Simak saja kalimat yang diucapkan Soedjito ketika rencana pelarian telah matang... "Ya..., perginya seboleh-boleh tunggu malam tidak ada bulan, juga musti banyak lagi yang musti kita sediakan, umpamanya: bekal buat makan di jalan, obat-obatan, korek api dan tembakau buat sogok hatinya orang Kaya-Kaya, kelambu dan selimut..., ya dan lainnya pula... Nou sekarang sudah hampir pukul 5..., ayo kita pergi pulang, dan... ingat, ya, hal ini jangan sampai tembus di lain orang."

Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 2000 tetapi bercerita tentang keadaan ketika Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda.
Boven, Digul adalah salah satu kabupaten yang terletak di pulau Papua dan berbatasan langsung dengan negara Papuan New Guenea dan beribukota di Tanah Merah. Pada masa penjajahan Belanda digunakan sebagai tempat pembuangan khusus para pemuda yang terlibat dalam Pergerakan Nasional Indonesia (M. Hatta dan Sutan Syahrir pernah dibuang di tempat ini).

Seandainya saja penulis juga menceritakan perjuangan yang dilakukan para tokoh cerita ini dalam Pergerakan Nasional Indonesia
-sehingga harus menjadi penghuni tempat ini- tentulah buku ini akan lebih menarik ketimbang hanya menceritakan kisah pelarian mereka dengan berbagai risiko yang membahayakan.

Dikisahkan Soedjito dan 6 temannya mencoba melarikan diri dari Boven, Digul. Berbagai rintangan mereka hadapi... dari diserang buaya, Soewirdjo yang meninggal karena terserang penyakit kencing hitam (ada yang tau penyakit apa ini ?), terbawa arus sungai karena banjir bandang, diserang suku primitif sampai serangan ular sanca. Akhirnya hanya 3 orang dari mereka (Soedjito, Kamlin dan Roesman) yang sampai ke perbatasan. Mereka lalu ditahan di Thursday Island karena tidak memiliki surat-surat. Seharusnya setelah menjalani masa tahanan 6 bulan, mereka akan dibebaskan dan dapat menjadi warga negara tersebut. Sayangnya, pada hari ke 14, mereka dijemput oleh beberapa tentara dari Boven, Digul yang kembali membawa mereka ke tempat pembuangan tersebut.

Pelarian yang sia-sia !!

No comments:

Post a Comment