Feb 16, 2010

The Boy Who Ate Stars (Anak Lelaki yang Menelan Bintang-bintang)



By : Kochka, Satya Utama Jadi (Illustrator), Rahmani Astuti (Translator)
Published :August 2008 by PT Gramedia Pustaka Utama
(first published March 7th 2006)
Details : paperback, 104 pages
isbn13 : 9789792239270

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-minjem
Status : Read in October, 2009

Buku yang bercerita tentang autisme selalu menarik buat saya. Bukan karena kebetulan sehari-hari saya bergelut dengan dunia ini, tetapi bagi saya pribadi, para penyandang autis (autistik) adalah manusia-manusia yang sangat unik dan menarik.

Banyak orang yang melihat autisik sebagai mahluk 'aneh' yang membuat mereka enggan untuk berdekatan. Bahkan tak jarang ada yang mencemoohkan dan mengolok-olok mereka, hal yang teramat sangat membuat saya marah dan sangat sedih.

Autisme: adalah penarikan diri patologis ke dalam dunia batin yang mengakibatkan hilangnya kontak dengan realitas dan ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Jadi autistik bukanlah sesuatu yang menakutkan. Tuhan menciptakan mereka (tentu bukan tanpa maksud) sedikit berbeda dengan kita, yang bagi beberapa orang disebut sebagai 'kekurangan', tetapi bagi saya adalah suatu 'keistimewaan'. Mereka boleh saja lebih menikmati dunia mereka sendiri sehingga tidak mempedulikan sekeliling mereka, tetapi mereka adalah orang-orang yang selalu jujur terhadap naluri mereka sendiri.

"Kau hanya memahami hal-hal yang bisa kau jinakkan"
"Apa yang harus kulakukan untuk menjinakkanmu?"
Kesabaran.... (hlm. 84)

Ya... Kesabaran !! Hanya itu kata kuncinya. Untuk bisa memahami dan bersahabat dengan para penyandang autis bukanlah hal sulit (walau tidak bisa dibilang mudah). Kita hanya perlu mencoba untuk memasuki dunia mereka, berada di sana, merasakannya dan menikmatinya. Kita kemudian akan menemukan kebahagiaan tersendiri bersama mereka dan rasa syukur yang tiada habisnya karena Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk berada dekat dengan mereka. Kesabaran akan menumbuhkan pemahaman yang mendalam terhadap mereka... memang butuh waktu... tetapi bukankah kasih sayang membutuhkan waktu untuk tumbuh dan bersemi ?

Saya sangat kagum pada tokoh utama cerita ini, Lucy dan Theo sahabatnya. Mereka, dengan kejujuran sudut pandang kanak-kanak mereka, tidak menganggap Matthew sebagai seseorang yang harus dihindari. Mereka justru sangat tertarik kepada Matthew, berteman dan memahami Matthew dengan segala kejujuran dan keunikannya. Dengan cara bertutur yang sederhana, kita dibawa ke dalam suatu dunia yang berbeda dari yang pernah kita alami di dunia nyata.

Simaklah apa yang mereka temukan dari persahabatan mereka dengan Matthew:
Kau hanya bisa melihat dengan hatimu,
sebab matamu tidak sanggup menangkap apa yang penting.
(hlm.84)

Suatu hari dia akan berubah menjadi orang biasa. Dan itu bukan hanya dalam berkomunikasi, tapi dalam pembauran total. Dia akan menjadi lebih baik ketimbang kita. (hlmn.62)

Saya percaya, para penyandang autis suatu hari akan berubah menjadi orang biasa. Dan mereka akan menjadi lebih baik dari kita.

Notes:
For my beloved 'kids'... Kevin & Kenneth. I Love You just the way you are.... and thanks to Yuna for borrowing me this book.

No comments:

Post a Comment