Feb 19, 2010

Incest: Kisah Kelam Kembar Buncing



By : I Wayan Artika
Published : July 3rd 2008 by Interpree Book
Details : 266 pages
isbn : 9789791838

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-hadiah, my-shelf
Status : Read in March, 2009

Ketika jalan-jalan ke Gramedia Bintaro Plaza, si Sulung ingin membelikan bundanya buku "Ken Arok" yang sudah sejak lama ada dalam daftar keinginan. Tapi berhubung enggak tega untuk menguras uang sakunya karena harganya yang cukup mahal, sementara si Sulung tetap memaksa untuk membelikan bundanya buku, akhirnya agar tidak mengecewakannya -- setelah pilah pilih -- akhirnya pilihan jatuh pada buku "Incest" ini.

Ketertarikan membeli buku ini pertama karena judul dan sampul bukunya. Terlebih ketika membaca sinopsis di belakang buku menyatakan bahwa cerita ini telah memenangkan lomba penulisan novel tahun 2003 tetapi terpaksa dihentikan publikasinya di Bali Post karena dianggap membawa aib bagi masyarakat Bali. Dan keberanian menulis cerita ini telah memicu terjadinya "pengadilan" adat kepada penulisnya, I Wayan Artika sehingga beliau mendapatkan vonis dikeluarkan dari desa adat selama 5 tahun dan beliau menerima putusan itu demi menghormati kultur-historis-religius adat desanya... maka rasanya tidak salah kalau pilihan akhirnya jatuh pada novel ini.

Incest diawali dengan kepulangan Putu Geo Antara ke kampung halamanya di desa Jelungkap, Bali untuk mengabdikan ilmunya dengan meninggalkan Jakarta dan karirnya pada sebuah perusahaan. Dengan idealismenya Geo Antara menyatakan bahwa desanya adalah rumah yang harus dibangun dan dari sana ia akan membangun masa depan, sementara banyak teman-temannya yang mempertanyakan apakah di desa kecil itu intelektualitas bisa mendapatkan rumahnya. Kepulangan Geo Antara tersebut tanpa ia sadari merupakan jalan hidup yang dibaliknya sendiri.

Geo Antara terlahir sebagai kembar buncing (kembar berlainan jenis kelamin, saudarinya bernama Gek Bulan). Adat lama Bali menganggap kelahiran semacam ini adalah aib dan pembawa bencana sehingga orang tua mereka Nyoman Sika dan Ketut Artini beserta kedua bayi kembar mereka harus diasingkan selama 42 hari di sebuah gubuk di luar desa dekat dengan areal pemakaman.
Setelah masa pembuangan usai, Nyoman Sika dan Ketut Artini masih harus menyelenggarakan upacara untuk membersihkan aib dari kelahiran anak mereka. Selanjutnya seluruh warga desa oleh adat diminta untuk merahasiakan kelahiran tersebut dan orang tua mereka harus rela memisahkan kedua anak mereka sebelum mereka saling mengenal. Tujuannya adalah: kelak mereka akan dikawinkan dengan rahasia besar dibaliknya -- menutupi kenyataan bahwa mereka adalah sepasang anak kembar.

Hukum adat yang membuat kehormatan mereka tercampakkan ini terpaksa mereka jalani hanya karena kekuasaan adat yang sangat kuat yang oleh orang-orang Jelungkap dimaknai sebagai keadilan. Keadilan yang bagi Nyoman Sika dan Ketut Artini merupakan keadilan tanpa pengadilan. Hukum yang mereka sendiri tidak paham mengapa harus mereka jalani hanya karena melahirkan bayi kembar buncing, yang sama sekali bukan kesalahan mereka. Namun walaupun dianggap sebagai aib, Nyoman Sika dan Ketut Artini tetap mensyukuri kelahiran bayi kembar mereka dan tetap tabah menjalani hukum adat tersebut, karena bagi mereka ketabahan adalah bekal tanggung jawab agar mereka sanggup berdo'a dengan tulus untuk keselamatan anak-anak mereka.

Apakah yang kemudian dialami Geo Antara dan Gek Bulan setelah mereka menikah dan menemukan rahasia besar di antara mereka ??? Rasanya tidak etis untuk dibocorkan disini.

Mengutip kata pengantar yang disampaikan Raudal Tanjung Banoa bahwa dalam niatnya yang paling "luhur", novel ini ingin bercerita saja, apa adanya. Perkara di dalam cerita terdapat sejumlah referensi, fakta atau "cerita bayangan" tentang nasib pengarangnya, anggap saja nilai tambah untuk mengkoreksi mainstream eksotisme Bali, atau menggugat pemasungan kreativitas, yang kali ini, dilakukan atas nama adat.

Well Temans, pada akhirnya novel ini memang layak untuk dibaca, entah sekedar sebagai bacaan pengisi waktu di kala iseng ataupun sebagai penambah wawasan kita tentang kultur yang berlaku di tanah air kita. Saran saya: segera masukan novel ini dalam "to read" shelves...

HAPPY READING....!!!

No comments:

Post a Comment