Feb 16, 2010

Tirai Hujan



Author : Anindita S. Thaif
Published : 2006 by Tiga Serangkai
Details : Paperback, 212 pages
isbn : 9793302003

Rating : 4 of 5 stars
Bookshelves : buku-beli, my-shelf
Status : Read in November, 2009

Dapat di Toko Buku 'Tisera' Slipi Jaya dengan diskon 50%.


... Karena perang itu kejam dan membuat hati buta. Damai tidak akan pernah datang di tengah mereka yang sudah buta hatinya... (hlm.110)

Ide cerita yang diangkat tidak kalah menariknya seperti Tanah Tabu (TT). Kalau dalam TT kita berkenalan dengan Mabel, Mace Lisbeth dan Leksi, di buku ini kita akan berkenalan dengan Ifa, Soya dan Iza. Entah suatu kebetulah ataukah memang ciri khas Anin (krn saya belum membaca bukunya yang lain), tokoh2 dalam 2 buku Anin ini adalah 3 orang perempuan. Dalam TT ada 3 perempuan dari 3 generasi dan dlm TH ini ada 3 remaja perempuan.

Membaca TH seperti melihat Anin dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin karena ini buku teenlit, maka gaya bahasanya lebih ringan dan lebih mudah dimengerti.

TH bercerita ttg persahabatan 3 gadis remaja yang berbeda keyakinan di tanah Ambon Manise. Segala kepedihan dan kesengsaraan yang terjadi di sana akibat permusuhan yang berlatar belakang masalah agama (dhi. saya lebih yakin bahwa kerusuhan ini ditunggangi oleh kepentingan politik dari oknum2 yang telah buta hatinya)-- diceritakan Anin melalui kaca mata Ifa. Kendati peperangan yang terjadi dengan menumpahkan banyak darah ini berlatar agama, namun persahabatan ketiganya tidaklah pudar dan dalam kenyataannya sendiri, dalam perjalanan pengungsian, mereka yang berbeda agama tetap saling menyapa dan menghormati... jadi sebenarnya apa dan siapa di balik semua ini ?

Ifa akhirnya harus pergi meninggalkan tanah kelahirannya demi keselamatannya, terpaksa berpisah dengan Ayah dan Abang yang dikasihinya, dan dengan kedua sahabatnya, Soya dan Iza.

Ketika akhirnya perang di Ambon ini usai, ternyata tak cukup waktu bagi kita untuk menarik nafas lega karena peristiwa Poso segera menyusul, dimana Ifa terpaksa harus berpisah dengan seorang pria yang dicintainya.

Mengapa ini semua tak kunjung usai ?
Kenapa agama yang seharusnya menjadi pagar pembatas bagi umatnya agar tidak berbuat kedzaliman justru dijadikan alasan untuk saling membunuh ? Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih ? Bukankah tidak ada dalam kitab suci agama apapun yang mengajak umatnya untuk menghabisi umat yang beragama lain ? Situasi yang tidak pernah dapat dipahami oleh siapapun di dunia ini, tetapi anehnya masih saja ada pihak yang berusaha mengambil keuntungan dari peristiwa yang bagi banyak orang merupakan musibah besar.

Kutipan Puisi (hlm.137)

Air Mata

Di sini ada air mata
berlinang di wajah bocah kecil tanpa dosa
menetes di dada para Ibu yang kehilangan putra
tergenang di sudut mata para kekasih yang ditinggal merana
mengering di pipi para korban yang putus asa
Air mata derita,
kesedihan,
pengharapan,
permohonan.

Di sini ada air mata
di tengah senjata yang saling beradu
di tengah api yang berkobar membara
di tengah pekikan nyaring, "Serbu!!"
di tengah darah yang menetes di jalan
Air mata pembasuh luka,
penyejuk jiwa,
peredam amarah,
pengantar duka.

Tidak ada perang tanpa darah,
seperti tidak ada perang tanpa air mata.
Tidak ada perang tanpa pengorbanana,
seperti tidak ada perang tanpa kehilangan.

Jika darah mampu membuat parang dan pedang makin terasah,
dan senjata terus terisi peluru panas,
dan dendam membutakan mata,
semoga air mata bisa membuat parang dan pedang menjadi tumpul,
dan senjata menjadi tak lebih dari sekadar besi tua berkarat,
dan rasa kemanusiaan pun hapuskan dendam,
bangkitkan hati yang hampir mati,
sadarkan nurani akan pentingnya cinta kasih,
saling menghargai,
saling memaafkan,
saling mengasihi.

Karena perang tidak akan pernah berakhir
jika mata terus dibiarkan tertutup
dan hati dibiarkan membatu.


membaca buku ini membuat mataku pedih oleh air mata, namun kadang juga tersenyum geli dengan cara Ifa (atau Anin ?) yang remaja bertutur.

Tulisan2 Anin, yang bergaya remaja atau yang lebih serius selalu menarik dengan ide cerita yang jarang diangkat oleh penulis lainnya.

Well Anin, two thumbs up buat kamu. Bener2 Salut deh !

Keep writing ya...

No comments:

Post a Comment